Jembatan Viaduct di Kota Banjar saat malam hari. Keberadaan jembatan ini dari dulu hingga sekarang masih tetap menjadi tempat yang menarik untuk disambangi. Photo: Hermanto/HR.
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Sejak dulu hingga sekarang, keberadaan Jembatan Viaduct menjadi tempat paling manarik untuk disambangi. Bila sore hari, jembatan tersebut dipenuhi warga yang membawa anak-anaknya melihat kereta api yang melintas di bawah jembatan.
Namun, ketika malam hari, suasana di Jembatan Viaduct dan sekitarnya berubah menjadi tempat favorit bagi para “pria hidung belang” untuk mencari “kupu-kupu malam” atau wanita pekerja seks (WPS) kelas ekonomi di Kota Banjar.
Di masa sekarang, rata-rata “pria hidung belang” yang kerap menyambangi kawasan tersebut adalah kalangan sopir truk pengangkut barang. Sebelum mengantar barang sampai ke tempat tujuan, biasanya sebagian diantara mereka mampir terlebih dahulu ke kawasan Viaduct untuk beristirahat sambil membeli WPS.
Seperti diungkapkan Jay (29), bukan nama sebenarnya. Saat berbincang dengan HR pada hari Sabtu (07/05/2016), sekitar jam 22.30 WIB, pria yang bekerja sebagai sopir truk, warga Ciawi-Tasikmalaya itu mengaku sering beristirahat dalam perjalanannya mengantar barang dari Tasikmalaya ke daerah Cijulang-Pangandaran.
“Kalau berhenti di sini (kawasan Viaduct-red) hanya melepas lelah saja, tapi kalau ada ya sambil melepas jangar sekalian,” ujar duda satu anak ini, sambil tertawa.
Untuk bercinta dengan WPS yang dibelinya di lokasi ini, Jay mengaku cukup menyewa kamar di sebuah losmen, lokasinya masih di kawasan Jembatan Viaduct. Tak ada fasilitas istimewa di dalam kamar berukuran 3×2 meter itu. Bahkan kipas angin pun tidak tersedia. Maklum, tarif sewanya pun sesuai dengan tarif WPS.
“Masalah kamar ya cari yang biasa saja lah, yang penting murah tapi bisa mendapatkan kepuasan, sama seperti WPS-nya, meskipun murah namun memuaskan,” kata Jay.
Dia juga tahu betul mengenai WPS yang biasa mangkal di kawasan Viaduct, dimana banyak diantara mereka usianya sudah tidak muda lagi. Tapi menurut Jay, selain tarifnya murah, permainan WPS senior juga lebih pandai dalam hal memuaskan tamunya dibanding dengan WPS yang masih muda-muda.
Hal itu terbukti banyak “pria hidung belang” dari luar kota yang sengaja mampir untuk membeli WPS kelas ekonomi. Seperti diungkapkan Ucil (23), bukan nama sebenarnya, warga Manareja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Pria berusia muda yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang kredit barang-barang rumah tangga itu mengatakan, bahwa usia dan kecantikan WPS adalah nomor sekian, yang terpenting murah, tidak rese dan memuaskan.
“Meski sudah pada tua, namun WPS di sini pada enjoy. Jujur saja saya sering datang ke sini. Tarif mereka pun murah, dari mulai 50 ribu rupiah sekali kencan sampai 100 ribu rupiah,” tuturnya.
Menurut Ucil, berbeda dengan pelayanan WPS usia muda yang biasa mangkal di Taman Kota (Tamkot) Lapang Bhakti. Bahkan, dirinya mengaku sempat kecewa oleh pelayanan “kupu-kupu malam di tempat tersebut.
“Bagaimana saya tidak kecewa, sudah bayarnya mahal, rese, tidak memuaskan lagi. Semenjak peristiwa itulah saya jadi enggan main ke Tamkot,” kata Ucil, dengan gaya bicaranya yang ceplas-ceplos.
Sementara itu, Bunga (43), bukan nama sebenarnya, salah seorang WPS di kawasan Viaduct yang berhasil ditemui HR pada Minggu malam (08/05/2016), sekitar jam 21.30 WIB, mengaku kalau dirinya punya resep dan trik tersendiri untuk melayani tamu-tamunya.
“Intinya, pelanggan atau tamu kita itu kan butuh kesenangan, kepuasan, ya kita tinggal menuruti kemauan saja apa kemauan mereka. Kepada setiap tamu, pelayanan maksimal harus diutamakan, sehingga tamu akan merasa senang dan pasti dia akan kembali lagi,” tutur wanita bertubuh sintal yang tidak canggung lagi menceritakan soal profinya tersebut.
Jika merunut kembali ke cerita orang tua dulu, memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa orang luar mengenal Banjar dari keberadaan Jembatan Viaduct-nya, dan itu sudah ada sejarahnya sejak dulu. (Hermanto/Koran-HR)