Quantcast
Channel: Harapan Rakyat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 52166

Ciamis Memupus Istilah “Melak tapi teu Ngalebok”

$
0
0
Ciamis Memupus Istilah “Melak tapi teu Ngalebok”

Bupati Iing Syam Arifin bersama rombongan pada saat meninjau areal pesawahan yang menjadi lumbung padi bagi Kabupaten Ciamis. Photo : Dok. Ciamis Kiwari

Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-

Kabupaten Ciamis merupakan daerah penyumbang produksi padi yang cukup signifikan di Provinsi Jawa Barat. Setiap tahun, Kabupaten Ciamis mampu menghasilkan padi pada kisaran 500 ribu ton sampai 600 ribu ton pertahun. Produksi tersebut didapat dari luas lahan tanaman padi seluas kurang lebih 97,460 hektar.

Dilansir dari buku “Ciamis Kiwari”, produksi padi yang melimpah itu melebihi dari kebutuhan pangan masyarakat Ciamis sendiri atau surplus, sehingga Ciamis mampu menjadi pemasok padi bagi wilayah-wilayah yang berada di sekitarnya. Tak kurang dari 150 ribu ton didistribusikan untuk menopang kebutuhan pangan wilayah tetangga.

Wilayah lumbung padi di Kabupaten Ciamis terdapat di wilayah selatan dan utara. Enam wilayah kecamatan penghasil padi tertinggi adalah Kecamatan Lakbok sebanyak 45 ribu ton pertahun, Banjarsari 39.957 ton pertahun, Pamarican 35.800 ton pertahun, Purwadadi 31.800 ton pertahun, Pawangan 31 ribu ton pertahun dan Rancah 29.613 ton pertahun.

Penerapan teknologi serta beragam program pendampingan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Ciamis selama ini telah berhasil membuat produksi padi di seluruh wilayah tersebut stabil. Selain itu, kualitas padi dari Tatar Galuh juga selalu terjaga dengan baik.

Terlepas dari hal itu, ada kisah unik di balik nama Kecamatan Lakbok yang menjadi lumbung padi nomor wahid di Kabupaten Ciamis. Konon nama Lakbok itu merupakan kependekan dari “Melak tapi Teu Ngalebok” alias menanam padi tapi tidak memakannya.

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat,sebelum tahun 1980an, wilayah Lakbok merupakan daerah rawan banjir akibat luapan Sungai Citanduy. Kala itu nyaris setiap tahun, areal pesawahan yang ditanami padi selalu mengalami gagal panen akibat banjir.

Namun penderitaan itu berakhir setelah pada tahun 1980 pemerintah membangun sistem irigasi, termasuk Bendungan Manganti. Pembangunan yang lebih dikenal warga dengan sebutan Procit alias Proyek Citanduy itu telah memupus mipi buruk tersebut.

Alhasil, kini wilayah Lakbok justru menjadi bagian dari program swasembada pangan di Jawa Barat. produksi padi di wilayah Lakbok dan sekitarnya melimpah dan tentu membawa dampak positif bagi masyarakatnya. (Deni/Koran HR)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 52166

Trending Articles