Photo: Ilustrasi
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Kelangkaan serta kenaikan harga gas elpiji ukuran tiga kilogram di setiap pengecer dan kios menuai protes dari masyarakat. Bahkan, warga Dusun Parung, Desa Rawa, Kecamatan umbung, Kabupaten Ciamis, mempersoalkan kembali kebijakan pemakaian gas sebagai pengganti minyak tanah (minah). Pasalnya pemerintah tidak sanggup menyediakan gas elpiji untuk masyarakat.
Karti, warga RT 26 RW 10, Dusun Parung, ketika dimintai tanggapan oleh Koran HR, Senin (19/09/2016) lalu, mengatakan, gas elpiji ukuran tiga kilogram kini terus mengalami kelangkaan. Selain itu, harganya pun merangkak naik.
Kepada Koran HR, Karti mengaku kapok menggunakan gas elpiji. Dia pun menuding pemerintah tidak konsisten dengan program konversi pemakaian bahan bakar minyak tanah ke gas.
“Buktinya terlihat dari pasokan gas elpiji ke setiap pangkalan maupun kios pengecer yang tidak kini kebagian jatah. Akibatnya, pengguna atau pembeli gas elpiji pulang dengan tangan hampa,” katanya.
Akibat kelangkaan gas elpiji tersebut, Opah, warga lainnya, ketika dimintai tanggapan, Senin (19/09/2016) lalu, mengaku terpaksa harus kembali memperbaiki tungku miliknya yang sudah beberapa tahun ini tidak digunakan.
“Kalau dibanding-banding, hemat menggunakan kayu bakar dari pada elpiji. Pemerintah saja yang memaksa harus memasak dengan gas. Beralih ke kayu bakar sebenarnya bisa menghemat uang Rp. 100.000 perbulan,” katanya.
Senada dengan itu, Oom, ibu rumah tangga asal Desa Margamulya, Kecamatan Kawali, ketika dimintai tanggapan, Selasa (20/09/2016), menyebutkan, kenaikan harga gas elpiji diikuti dengan naiknya harga barang produksi yang menggunakan elpiji.
“Harga di pengecer mencapai Rp.25.000 pertabung, itupun harus berebut dengan warga lainnya karena pasokan minim. Meski, harganya mahal apa boleh buat tetap saya beli, sebab, sudah terbiasa menggunakannya,” kata Oom. (Dji/Koran HR)