Muhammad Dea Firdaus, memperlihatkan piagam penghargaan berikut medali perak yang diterimanya dalam perhelatan International Mathematics Competition (IMC) di Singapura beberapa waktu lalu. Photo: Muhafid/HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Muhammad Dea Firdaus, salah satu pelajar asal Kota Banjar yang mengikuti perhelatan International Mathematics Competition (IMC) di Singapura beberapa waktu lalu, dan berhasil meraih sebuah prestasi gemilang dengan menyabet medali perak mengalahkan 11 kompetitor dari berbagai negara yang ada di Asia.
Bersama lima orang siswa perwakilan dari Kota Banjar, Dea Firdaus yang mewakili Indonesia bersama 100 siswa dan merupakan satu-satunya siswa dari Kota Banjar yang meraih penghargaan dari ajang bergengsi tersebut.
“Alhamdulillah, Indonesia mendapatkan medali emas 9, medali perak 17 dan medali perunggu 37 buah. Sedangkan dari Kota Banjar hanya saya saja yang mendapatkannya,” kata Dea, saat ditemui Koran HR di rumahnya, Selasa (09/08/2016) lalu, sambil terkulai lemas akibat sakit usai tiba di Indonesia.
Anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan H. Nanang dan Yuyun, warga Lingkungan Cikadu, Kelurahan Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar, sebelumnya juga sempat meraih prestasi di tingkat nasional dengan meraih medali emas dalam ajang Olimpiade Matematika di Bogor, Jawa Barat.
“Di ajang International Mathematics Competition, saya mengisi beberapa soal yang terbagi tiga jenis, yakni pilihan ganda, esai serta uraian. Soalnya cukup sulit, tapi alhamdulillah saya bisa juga meraih penghargaan untuk pertama kalinya dalam ajang internasional ini,” ujar siswa yang juga Ketua Osis SMA Negeri 1 Kota Banjar ini.
Nanang, ayah Dea, mengaku bahagia dengan prestasi yang diraih anaknya. Kendati merasa sedih saat kepulangannya usai perlombaan jatuh sakit, namun Nanang sangat bangga anaknya bisa mengharumkan nama baik derah Kota Banjar, sekaligus nama Indonesia di kancah Asia.
“Saya senang anak saya bisa mendapatkan medali perak, dan ini satu-satunya perwakilan dari Kota Banjar yang berhasil dari beberapa siswa yang kemarin dilepas oleh Walikota Banjar, saat berpamitan sebelum berangkat ke Bogor untuk karantina,” kata Nanang.
Walaupun kebahagiannya terus mengalir dalam diri orang tua Dea, namun Nanang mengaku prihatin terhadap minimnya perhatian dari Pemkot Banjar. Pasalnya, selama keberangkatan anaknya ke tempat karantina hingga Singapura, dirinya harus merogoh saku pribadi yang jumlahnya tidak kecil, yakni menghabiskan ongkos hingga Rp. 24 juta untuk waktu 7 hari karantina di Bogor dan 3 hari di Singapura.
“Anak saya hanya dapat Rp. 500 ribu rupiah dari pemberian bantuan Pemkot Banjar. Memang Pemkot memberi Rp. 2,5 juta. Namun, dibagi kepada lima orang siswa yang berangkat ke Singapura. Selain itu, saat sakit dan berobat di Rumah Sakit, kami juga merogoh uang sendiri. Cukup menyedihkan ketika warga yang mengharumkan nama daerahnya dibiarkan kerepotan. Wajar saja bila banyak orang pintar dari Indonesia betah di luar negeri, karena merasa menjadi tamu di negeri sendiri,” ungkapnya.
Kaitannya dengan ongkos yang besar tersebut, sebelumnya Nanang sempat memberikan proposal melalui sekolah untuk disampaikan agar bisa meringankan bebannya. Namun, hingga waktu pemberangkatan tiba, Nanang harus rela memutar otak agar anaknya dapat mengikuti ajang bergengsi tersebut.
“Coba saja anak yang tidak mampu tapi berprestasi, tentu ini menjadi hal yang memilukan. Kami juga terpaksa membagi keuangan yang berat ini demi anak saya. Mudah-mudahan saja ini jadi pelajaran bagi pemerintah. Harapan saya, minimalnya pemkot dapat membantu meringankan beban siswa yang berprestasi,” tandas Nanang.
Senada diungkapkan Yuyun, ibunya Dea. Dia mengaku sedih ketika anaknya terkulai lemas tanpa tenaga saat tiba di rumah usai perjalanan dari Singapura ke Kota Banjar. Bahkan, kata Yuyun, yang membuat dirinya prihatin adalah tidak adanya perhatian sama sekali dari Pemkot Banjar, untuk perawatan kesehatan anaknya selama di Rumah Sakit.
“Siapa yang mau berlomba-lomba menggapai prestasi ketika nasibnya akan seperti ini. Sungguh tidak indah. Memang anak saya selalu mendapatkan prestasi dalam bidang matematika sejak SD, tapi hanya kemenanganlah yang kami terima sebagai kebanggaan orang tua,” pungkasnya. (Muhafid/Koran-HR)