Hingga larut malam, Devin (9), pengemis cilik asal Pamarican, Kabupaten Ciamis, terlihat masih memakai celana seragam sekolah ketika mengemis di Taman Kota Lapang Bhakti Banjar. Photo: Hermato/HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Sejumlah pengemis anak-anak kini kerap terlihat berkeliaran di sudut-sudut keramian Kota Banjar. Dan kebanyakan mereka merupakan masyarakat urban yang mencoba peruntungan hidup di kota Idaman.
Dari penelusuran HR di lapangan pada Minggu malam (24/04/2016), sekitar jam 20.00 WIB, pengemis berusia di bawah umur itu ada yang putus sekolah, ada pula yang masih sekolah. Mereka pendatang dan ada juga warga kota Banjar.
Seperti di Taman Kota Lapang Bhakti, salah satu pengemis bernama Devin (9), asal Cikotok, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, mengaku baru satu bulan mengemis di taman tersebut.
Bocah yang masih duduk di kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Pamarican itu, terpaksa mengemis sepulang dari sekolah karena tidak mau membebani kedua orang tuanya yang bekerja sebagai buruh serabutan.
“Saya ngemis karena tidak mau meminta uang jajan kepada kedua orang tua. Saya juga ngemis di sini (Tamkot-red) baru satu bulan,” tutur Devin, saat berbincang dengan HR.
Dalam semalam, Devin mengaku bisa mengumpulkan uang antara Rp. 30 ribu sampai Rp. 40 rubu. Kemudian, uang hasil mengemisnya itu ditabung untuk membeli keperluan dirinya tanpa meminta kepada orang tuanya.
Dari Tamkot Devin pulang ke rumah sekitar jam 4 subuh dengan menumpang sebuah angkot jurusan Banjar-Banjarsari. Karena setiap hari mengemis sampai larut malam atau bahkan hingga dini hari, dia pun mengaku sering mengantuk ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Pengemis cilik yang berkeliaran di Tamkot itu bukan Devin saja, dan HR pun berhasil berbincang dengan Rini (11), pengemis lainnya. Dia mengaku berasal dari daerah Sumanding, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Banjar.
Setiap hari dirinya kerap mengemis di Taman Kota. Ironisnya, kedua orang tuanya pun tahu apa yang dilakukan Rini. “Sudah dua bulan saya mengemis, dan saya ingin punya uang sendiri karena tidak mau membebani orang tua saya yang kerjanya hanya buruh serabutan,” tutur gadis kelas 5 di salah satu Sekolah Dasar (SD) di Kota Banjar ini kepada HR.
Dalam semalam, terkadang Rini mendapatkan uang Rp. 60 ribu hingga Rp. 80 ribu. Uang itu sebagian disimpan di celengan dan sebagian lagi dipakai untuk membeli kebutuhannya sendiri. (Hermanto/Koran-HR)