Musabaqoh Kitab Kuning (MKK) yang digelar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Pangandaran, dalam rangka memperingati Harlah NU ke-94. Kegiatan ini diikuti oleh 47 pondok pesantren. Photo: Madlani/HR.
Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Dalam Harlah NU yang ke-94 tahun 2017, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Pangandaran, menggelar Musabaqoh Kitab Kuning (MKK) dan diikuti oleh 47 pondok pesantren, Minggu (09/04/2017) lalu.
Pihak pelaksana kegiatan, Jalaludin, mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya membangkitkan peran pondok pesantren dalam pendidikan karakter generasi muda, khususnya di Kabupaten Pangandaran, sebagai benteng dari serbuan budaya luar yang masuk ke Kabupaten Pangandaran sebagai daerah wisata.
“Kegiatan ini bertujuan untuk memotivasi para santri agar terus mengaji kitab kuning sebagai pendidikan karakter pesantren. Karena diakui secara luas bahwa pondok pesantren mempunyai kontribusi besar dalam pendidikan berkarakter. Saya berharap pesantren mempunyai peran strategis dalam pembentukan karakter pemuda sebagai penerus bangsa,” katanya, saat ditemui Koran HR, Selasa (11/04/2017) lalu.
Menurut Jalaludin, peran generasi pondok pesantren selain sebagai penerus bangsa juga sebagai pengurus organisasi. Sehingga, hasil utamanya yang dicapai dari pendidikan di pesantren adalah mampu bersaing dengan keadaan zaman.
“Kegiatan ini sebagai tolok ukur dan potret di Kabupaten Pangandaran, bahwa dari data 160-an lebih pondok pesantren yang terdata di Kantor Kementrian Agama, hanya 47 ponpes saja yang hadir dan peserta yang ikut hanya 67 orang. Mudah-mudahan kedepan akan lebih baik lagi,” ungkap Jalaludin.
Sementara itu, pengasuh Ponpes As-Syuja’iyah, Dusun Cintasari, Desa Cintaratu, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangadaran, Kyai. Muhsin Aziz, mengaku sangat mengapresiasi diadakannya kegiatan Musabaqoh Kitab Kuning.
Ia menilai, kegiatan tersebut untuk mengembalikan jati diri pondok pesantren, juga untuk memotivasi para santri supaya tetap pada marwah pesantren. Meskipun terkadang dimanfaatkan oleh seseorang atau golongan tertentu.
“Adanya pesantren sekarang ini sangat menurun, terbukti dari minat yang kurang, juga terkendala dengan kondisi pesantren yang tidak bisa memberikan yang terbaik karena keterbatasannya,” kata Muhsin.
Dirinya berharap, kegiatan seperti ini bisa berlanjut kedepannya, dan mendukung supaya pesantren tetap berkiprah. Menurutnya, walau terkadang ada yang menunggangi, namun ajaran pesantren tetap tidak berubah. (Madlani/Koran HR)