Ratusan sepeda siswa SMPN 8 Banjar yang terpakir di lahan tanah warga. Photo: Nanang Supendi/HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di SMP Negeri 8 Kota Banjar kini tengah mendapat sorotan, terutama pada sarana prasarana, salah satunya kenyamanan dan keamanan tempat parkir yang tersedia.
Pasalnya, selama ini banyak kejadian sepeda siswa yang hilang diwaktu proses belajar mengajar. Hingga akhirnya warga di sekitar lingkungan sekolah membantu menyediakan lahan parkir untuk sepeda para siswa.
Musliman, warga yang menyediakan lahan parkir bagi siswa SMP Negeri 8 Banjar, mengatakan, dibuatnya lahan parkir di tanah miliknya atas dasar membantu sekolah dan atas adanya keluhan sekaligus saran orang tua siswa karena kesal banyak kejadian sepeda hilang.
“Banyaknya siswa mengalami kejadian sepedanya hilang. Hal itu menandakan lahan parkir yang tersedia di SMP Negeri 8 kurang nyaman dan aman. Mestinya menjadi perhatian sekolah, terlebih wajib mengontrol mutu dan layanan pendidikannya sebagaimana SPM yang digariskan,” katanya, kepada Koran HR, Sabtu (11/02/2017) lalu.
Meski dirinya ikut membantu, namun tetap saja penerimaan pihak sekolah kurang baik. Bahkan, kata Musliman, kepala sekolah tersebut mendatangi dirinya dengan mempertanyakan kenapa siswa yang menyimpan sepeda di lahan parkir yang disediakan Muslim dipungut biaya.
“Lha wong saya juga bikin lahan parkir ini habis 15 juta rupiah, jadi wajar ditarik uang parkir. Itu pun hanya 500 rupiah per siswa dari pagi hingga sore. Jika kurang setuju, ya sekolah siapkan lahan parkir yang nyaman dan aman. Ini lah sikap seorang guru tidak paham akan tanggungjawabnya,” ujar Muslim.
Samini, istri Muslim, yang juga pemilik warung kelontongan dan nasi soto, menambahkan, bahwa memang sikap pimpinan sekolah tersebut kurang komunikatif, sehingga berimplikasi pelayanan pendidikannya dipertanyakan.
“Sempat saya ditegur tidak boleh berjualan bola. Bola yang dibeli siswa di warung saya ini karena dipakai main di dalam sekolah sampai kaca sekolah pecah. Saya ini kan usaha berdagang, kenapa kita seolah disalahkan. Harusnya kan gurunya sendiri introspeksi, berarti kurang berhasil mendidik siswanya,” tukas Samini.
Untuk mengkonfirmasikan hal itu, Kepala SMP Negeri 8 Banjar, Siswati, mengklaim bahwa di sekolahnya tidak ada bentuk tarikan kepada siswanya yang berindikasi terhadap pungli. “Di sekolah ini tak ada tarikan kepada siswa yang mengarah pungli,” tandasnya.
Namun, belum juga selesai dikonfirmasi, pimpinan sekolah itu pergi begitu saja. Padahal, berdasarkan informasi di lapangan, SMPN 8 Banjar dalam sebulan kebelakang ini telah melaksanakan study tour ke Yogyakarta dengan menarik biaya Rp.650 ribu per siswa. (Nanks/Koran HR)