Ketua DPRD Ciamis, Nanang Permana, saat melakukan kegiatan reses di areal pertanian cabe milik SMK Serikat Petani Pasundan (SPP), di Desa Pesawahan, Kecamatan Banjaranyar. Foto: Suherman/HR
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Ketua DPRD Ciamis, Nanang Permana, menyesalkan cabe asal Ciamis yang dikenal memiliki kualitas terbaik di Jawa Barat tidak berbanding lurus dengan harga jual dari petani kepada pengepul. Pasalnya, meski harga cabe di pasaran kini melonjak naik, namun tidak dibarengi oleh kenaikan harga jual di petani.
“Pengepul masih menerima cabe dari petani dengan harga Rp. 25 ribu perkilogram. Tentunya hal ini tidak menguntungkan petani, terutama para petani tradisional di daerah yang tidak memiliki akses luas dalam pemasaran,” katanya, kepada Koran HR, saat melakukan kegiatan reses di areal pertanian cabe milik SMK Serikat Petani Pasundan (SPP), di Desa Pesawahan, Kecamatan Banjaranyar, Selasa (07/02/2017) lalu.
Dengan begitu, dia meminta kepada Dinas Pertanian serta Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan untuk membantu akses pemasaran kepada seluruh petani di Kabupaten Ciamis. “Di Pasawahan ini hanya contoh kecil saja, mungkin di kecamatan lain di Kabupaten Ciamis pun masih banyak komunitas petani yang belum dibantu oleh pemerintah dalam hal pemasaran,” ujarnya.
Nanang menambahkan, ketika Pemkab Ciamis tengah menggenjot komoditas pertanian dari sektor pertanian cabe, seharusnya melakukan pendataan ke seluruh petaninya. Karena, kata dia, petani cabe di Pasawahan mengaku belum pernah tersentuh pembinaan dan bantuan dari pemerintah.
“Kalau urusan modal, mereka sudah punya. Tidak perlu dibantu. Tapi setidaknya pemerintah membantu dalam hal pemesaran agar mereka tidak terus ditekan harga oleh pengepul,” ujarnya.
Nanang pun mengaku salut kepada siswa SMK Pesawahan yang dibantu para gurunya yang bisa menggarap lahan pertanian cabe seluas 1 hektar. “Mereka berhasil memanfaatkan tanah negara untuk mengubah taraf hidupnya. Terlebih, dalam pengeloaan di areal pertanian SMK Pesawahan ini, siswa diberi hak mendapat penghasilan dari hasil penjualan cabe,” katanya.
Bahkan, kata dia, siswa SMK Pesawahan bisa mendapatkan uang hingga belasan juta rupiah dari tabungan hasil pengelolaan lahan pertanian cabe.
“Jadi, siswa tidak hanya belajar bertani, tetapi mereka pun mendapat uang dari hasil penjualan cabe. Tapi uang dari hasil pertanian itu sebagian untuk membayar biaya sekolah. Sementara sisanya ditabung di sekolah. Dan ketika siswa tersebut lulus dari SMK, tabungan itu bisa diambil. Dan ada salah satu siswa yang mendapat tabungan hingga mencapai Rp. 20 juta,” pungkasnya. (Suherman/Koran HR)