Encu saat membuat golok Panglengseran di rumahnya. Photo: Entang Saeful Rachman/HR
Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com)
Industri golok rumahan yang di Dusun Sidahurip RT 6 RW 5 Desa Cintakarya, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, sangat familiar dengan kualitasnya yang bagus.
Dikenal dengan sebutan Golok Panglengseran, ketajaman golok dan kekuatan gagang serta sarung golok tidak diragukan lagi. Bahkan, golok tersebut mendominasi di wilayah Pangandaran.
Encu, pengusaha golok, mengatakan, selain memiliki khas tersendiri berupa tanduk kerbau betina, golok buatannya juga menawarkan berbagai motif khas sunda pada ujung golok berupa sebuah lengkungan.
“Biasanya saya membuat golok dari berbagai jenis dan ukuran, tergantung pemesan. Sementara bahannya, saya menggunakan besi per mobil yang memang kualitas besinya cukup bagus dan besinya sudah bercampur baja,” kata Encu kepada Koran HR, Selasa (10/01/2017) lalu.
Soal bahan baku besi per mobil, lanjut Encu, dirinya tidak mengalami kesulitan. Sebab, bengkel mobil masih banyak di jumpai di Pangandaran. Dengan harga besi mencapai Rp. 5 perkilonya, dirinya bisa menjual setelah menjadi golok dari harga Rp. 300 ribu hingga Rp. 450 ribu.
“Yang paling sulit itu bahan baku gagang goloknya yang menggunakan tanduk kerbau betina, bukan jantan. Biasanya jantan tidak berisi. Pasokan tanduk kerbau datang dari Tasikmalaya yang mana dipasok dari Kalimantan maupun Sulawesi. Di Jawa sudah langka,” paparnya.
Dengan harga Rp. 150 ribu perkilogram tanduk kerbau, Encu kadang terpaksa menggunkan kayu sebagai gagang golok saat pasokan tanduk kerbau tidak ada. Meski begitu, pemesan tetap mempercayakan pembuatan golok kepada dirinya.
“Kalau musim hujan, penjualan cukup ramai. Sebab, para petani sedang giat bercocok tanam. Sedangkan pada musim kemarau atau menjelang Idul Adha, justru penjualan sepi,” tutupnya. (Ntang/R6/Koran HR)