Grup Seni Gembyung Gentra Sawargi saat tampil pada acara maulidan. Keberadaannya mulai terpinggirkan oleh kesenian modern. Agar tetap terjaga dan bertahan, berharap ada perhatian dari pemerintah. Photo : Eji Darsono/ HR
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Kesenian tradisional “Gembyung” peninggalan jaman para wali, di Desa Gereba, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, mulai tersisihkan oleh kesenian modern. Namun demikian, Grup Seni Gentra Sawargi masih tetap berupaya eksis untuk melestarikannya.
Kasepuhan Grup Seni Gentra Sawargi Icih Hendarsih, ketika ditemui Koran HR, Selasa (20/12/2016) lalu, mengatakan, Seni Gembyung merupakan salah satu kesenian peninggalan para wali. Seni ini merupakan pengembangan dari kesenian ‘terbang’ yang hidup di lingkungan pesantren.
“Konon katanya kesenian ini dijadikan sebagai media untuk menyebarkan agama Islam. Sedangkan kesenian Gembyung Gentra Sawargi, hanya dipertunjukan pada upacara-upacara atau kegiatan hari besar Islam yang digelar di sekitar tempat ibadah. Gembyung sendiri merupakan jenis musik ensambel yang didominasi oleh alat musik yang disebut waditra,” katanya.
Dian, anggota Grup Gentra Sawargi, menambahkan, setelah berkembang menjadi Gembyung, Group Seni Gentra Sawargi tidak hanya eksis di lingkungan madrasah atau pesantren, tapi juga sering tampil pada acara hajatan perkawinan atapun hitanan.
“Terlebih Gembyung Gentra Sawargi sampai saat ini masih dalam kontek seni yang kental dengan unsur keislaman,” katanya.
Endang, tokoh masyarakat setempat, mengakui, kesenian Gembyung sudah mulai terpinggirkan oleh musik atau kesenian modern. Dia berharap keberadaan kesenian gembyung tetap dipertahankan dan dilestarikan.
“Sebab selain peninggalan jaman para wali, kesenian Gembyung yang ada di Desa Gereba sudah dikenal oleh masyarakat luar daerah. Walaupun peralatannya masih sederhana, seni gembyung gentra sawargi memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh grup gembyung lain,” katanya.
Suherman, pelaku kesenian gembyung, mengatakan, mamaos atau penyanyi merupakan kelebihan yang dimiliki Gembyung Gentra Sawargi. Hanya saja grup seni yang sering tampil di setiap acara di tingkat kabupaten ini belum mendapat perhatian serius dari pemerintah.
“Peralatan maupun busana yang dipakai masih alakadarnya. Untuk mempertahankan dan menjaga kelestariannya, perlu ada perhatian khusus dari pihak terkait, sehingga kesenian buhun ini tetap bertahan dan semakin banyak peminatnya,” katanya. (Dji/Koran HR)