Grup Musik Tradisional Dugkul Angklek Panjalu, berhasil menyulap alat musik tradisional menjadi alat musik elektrik layaknya seperti organ. Foto: Tantan Mulyana/HR
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Grup Musik Tradisional Dugkul Angklek, yang bermarkas di Desa Hujungtiwu, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, membuat terobosan dalam memodifikasi alat musik tradisional. Alat musik khas sunda ini disulap menjadi alat musik elektrik layaknya seperti organ. Warna musik grup ini pun terdengar berbeda dari yang lainnya.
Pimpinan Grup Musik Tradisional Dugkul Angklek Panjalu, Upen Suhendar, mengatakan, seni musik Dugkul Angklek memiliki alat musik yang berbeda dari seni musik lainnya. Angklek, tambah dia, merupakan akronim atau singkatan dari Angklung Elektrik. Setelah berhasil dimodifikasi, alat musik tradisional itu terdengar berbeda dari biasanya dan kalau dimainkan sepintas sudah mirip suara organ.
“Sebelumnya kami sudah mempunyai grup musik yang bernama Dugkol yang berarti alat musik Bedug dan Kohkol. Namun, setelah setahun berjalan, alunan musik Dugkol terasa kurang pas dan terkesan monoton, karena tidak terdengar alat musik yang mengeluarkan suara alunan melodi,”katanya, kepada Koran HR, Selasa (15/11/2016).
Setelah berdiskusi dengan sesama pecinta musik tradisional, lanjut Upen, kemudian dirinya mendapat masukan agar menambah alat musik tradisional yang suara dan nadanya bisa menyerupai organ.
“Akhirnya, terpikir untuk menciptakan alat musik Angklung yang menyerupai suara Organ. Namun, alat musik Angklung itu mempunyai delapan belas oktaf yang harus dimainkan oleh delapan belas orang. Dan saya bersama rekan lainnya berusaha untuk mengubah Angklung tersebut bisa dimainkan oleh satu orang,” terangnya.
Alhasil, dari sebuah imajinasi dan kerja keras, akhirnya tercipta sebuah alat musik yang dinamakan Angklek yang berarti Angklung Elektrik. Dan bisa dimainkan seperti layaknya Organ. Kemudian alat musik Angklek ini dipadukan dengan alat musik Bedug dan Kohkol yang sebelumnya menjadi alat musik ciri khas grup tersebut.
“Syukur Alhamdilillah, proses pembuatan alat musik ini menghabiskan waktu selama tiga bulan. Setelah selesai dibuat, ternyata bisa menghasilkan nada bunyi yang diinginkan,”ujarnya. (Tantan/Koran-HR)